RIWAYAT SINGKAT PESTA
ADAT “KARIYAA”DI KEL. TOLANDONA
KEC. SANGIAWAMBULU
Kariyaa merupakan salah satu
bentuk aktivitas adat masyarakat di Desa Tolandona yang bernuansa religius.
Pengertian Kariyaa secara umum menurut masyarakat Wolio(Buton) adalah rangkaian
aktivitas operasional yang lengkap dari suatu urusan, baik untuk urusan
kematian (KARIYAANA MATE) seperti penyelenggaraan jenazah maupun untuk urusan
kehidupan (KARIYAANA DADI) seperti acara perkawinan, pingitan dan lain-lain.
Dalam hal ini kita renungkan ungkapan orang-orang SUFI di Buton berikut
ini :
- ADATI YITU A POOPU I NAMISI
- NAMISI YITU KAWUNI-WUNINA OPU
- OPU YITU A HARUSU I AKALA
- A WAJIBU I DALILINA QURA’ANI
- TEE AMAINAWA I HADHISINA NABI
Adapun
pengertian KARIYAA secara khusus yang terpelihara secara turun temurun di Desa
Tolandona adalah rangkaian aktivitas adat yang dilaksanakan sekaligus dalam
waktu yang bersamaan mencakup acara : PINGITAN (KASUO/KASUO), KHITANAN
(KANGKILO/TANDAKI) dan SUNTINGAN (KASUSU/POSUSU). Kegiatan pokok pada pelaksanaan
KARIYAA di Desa Tolandona meliputi 2 (dua) sasaran utama yaitu:
1. Pemahaman dasar-dasar kebersihan ;
Dalam ajaran Islam dinyatakan bahwa kebersihan adalah bahagian dari iman.
Sejalan dengan pengertian tersebut, maka pemahaman tentang dasar-dasar
kebersihan diaktualisasikan dalam bentuk praktek khitanan bagi anak laki-laki
dan suntingan atau pemasangan anting-anting bagi anak perempuan yang telah
mencapai usia 7 tahun.
2.
Pendidikan
puasa (Pemahaman Dasar Pengendalian Diri) ;
Latihan
diarahkan kepada peserta pingitan. Pingitan adalah sebuah proses menurut adat
dalam pengalihan status dari gadis remaja (kabua-kabua) untuk menjadi gadis
dewasa (kalambe) dalam bahasa wolio/Buton.
Penyelenggaraan KARIYAA pertama
kali diselengarakan oleh pasangan suami istri yang bernama LA ODE BALE (UMA-UMA) dan WA ODE INTO
(INA-INA) dan diperkirakan terjadi sekitar tahun Seribu Delapan Ratusan.
Seluruh prosesi KARIYAA ketika
itu ditangani oleh keluarga dalam hal ini beliau berdua bersama anak kandung
beliau.
Dalam
perkembangannya KARIYAA di Desa Tolandona telah mengalami pergeseran status
kepemilikan, hal ini disebabkan karena dalam penyelenggaraan acara KARIYAA ini
dibutuhkan sejumlah personil yang terampil untuk didudukan sebagai panitia dan sudah dilakukan secara massal dengan jumlah peserta (mosawina) semakin
bertambah jumlahnya. Dengan demikian keterlibatan tokoh agama, tokoh adat,
tokoh masyarakat serta pemerintah Desa/Kelurahan diharapkan dapat menggalang
personil yang dibutuhkan guna membantu tuan rumah selaku penyelenggara. Dengan
demikian meskipun tuan rumah penyelenggara bersifat perorangan/keluarga, namun
status kepemilikan KARIYAA ini menjadi milik bersama masyarakat, yang dalam
bahasa wolio lebih akrab di sebut “KARIYAANA
LIPU”.
Demi
kelancaran dan kesuksesan peenyelenggaraan acara KARIYAA ini biasanya dibentuk
kepanitiaan. Kepanitiaan ini dibentuk melalui suatu musyawarah adat yang
melibatkan Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat dan Pemerintah Desa.
Struktur kepanitiaan acara KARIYAA ini mempunyai ciri khas tersendiri baik dari
segi susunan maupun istilah yang digunakan, disamping itu penempatan seseorang
dalam kepanitiaan disesuaikan dengan jabatan di dalam Desa (formal maupun non
formal),garis keturunan disertai keahlian dalam bidang yang bersangkutan.
Setelah
kepanitiaan terbentuk, kepada mereka dibebani tanggung jawab untuk menjalankan
fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Melaksanakan pendataan peserta (MOSAWINA)
2.
Mensosialisasikan
hasil keputusan musyawarah adat, terutama besarnya biaya yang dibebankan kepada
peserta
3.
Mnyediakan
tempat atau bangsal (GALAMPA) untuk menmpung peserta
4.
Menyiapkan
kebutuhan konsumsi
5.
Menyiapkan
sarana dan prasarana lainnya yang dibutuhkan
6.
Melaksanakan
rapat
7.
Melaksanakan
urusan tata usaha dan perizinan
8. Melaksanakan tahapan-tahapan acara KARIYAA
hingga selesai.
Demikian
gambaran umum mengenai acara adat KARIYAA yang dilestarikan secara turun
temurun di Kelurahan Tolandona Kec. SangiaWambulu. Kab. Buton Tengah.
:Kegiatan acara kariyaa:
Kasuo/gadis pingit |
Tandaki/Kangkilo/Khitanan |
Kasusu/Suntingan |